0 comments Saturday, June 30, 2007

Seorang lelaki masuk ke sebuah toko dan melihat seekor anjing mungil dan lucu. Dia lalu bertanya kepada penjaga toko, "Apakah anjing anda menggigit?"
Si penjaga toko menjawab,"Tidak, anjing saya tidak menggigit."
Lelaki itu kemudian menggoda si anjing mungil itu, namun sia anjing menggigitnya.
"Uahhh..." Dia berkata,"Saya kira Anda tadi mengatakan bahwa anjing Anda tidak menggigit."
Penjaga toko membalas,"Itu bukan anjing saya."

-----------

Dua ekor sapi sedang merumput di sebuah padang rumput.
Salah satunya bertanya kepada yang lain,"Apakah kamu kuatir dengan penyakit sapi gila?"
Sapi yang ditanya menjawab,"Tidak. Sama sekali tidak mengkuatirkan bagiku. Aku adalah seekor kuda."

-----------

Dalam sebuah kelas Bahasa Inggris.
Guru : Tell me a sentence that starts with an "I".
Siswa : I is the...
Guru : Stop! Never put 'is' after an "I". Always put 'am' after an "I".
Siswa : OK. I am the ninth letter of the alphabet.




0 comments


Sebuah buku yang berjudul Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme karangan Harun Yahya sangat menarik untuk dibaca dan dikorek-korek. Keseluruhan isinya menyangkut hubungan-hubungan yang menarik antara teori-teori Darwin yang dulu kita pelajari di sekolah dengan faham-faham yang dulu sampai sekarang diributkan orang seperti Fasisme,komunisme sampai kapitalisme

Teori Darwin atau yang disebut Darwinisme yang dulunya kita pelajari sebagai petunjuk-petunjuk yang mencoba mengungkap misteri evolusi makhluk hidup mulai dari kehidupan awal yang sederhana menjadi keragaman yang sangat rumit diperluas menjadi mengarah kepada prilaku manusia yang berujung kepada kekerasan dan bencana di segala bidang, baik sosial, ekonomi, maupun politik. Tersangkutnya Darwinisme pada kekerasan dan bencana kemanusiaan ini dipaparkan dengan mengetengahkan tokoh-tokoh yang mencari-cari pembenaran atas faham-faham atau ideologi mereka dari buku The Origin Of Species karya Darwin. Seperti kutipan di bawah ini :


Ideologi yang mengakibatkan malapetaka yang paling dasyat bagi kemanusiaan di abad yang baru saja kita tinggalkan adalah Komunisme. Komunisme, yang mencapai puncak sejarahnya oleh dua tokoh filsuf Jerman Karl Marx dan Friedrich Engels di abad 19, menumpahkan darah lebih banyak dibanding kaum Nazi dan imperialis. Dua orang ini adalah tokoh ateis tulen yang sangat membenci agama.
Akan tetapi Marx dan Engels memerlukan penjelasan atau pembenaran ilmiah bagi ideologi mereka agar dapat menarik simpati masyarakat luas. Sungguh menarik bahwa teori evolusi yang dikemukakan Darwin dalam buku The Origin of Species berisi penjelasan yang dicari-cari oleh Marx dan Engels. Darwin mengatakan bahwa makhluk hidup muncul sebagai hasil dari proses “perjuangan untuk mempertahankan hidup” atau “konflik dialektik”. Tambahan lagi, Darwin adalah seorang yang menolak adanya penciptaan dan mengingkari kepercayaan agama. Ini adalah kesempatan baik bagi Marx dan Engels yang tidak boleh dilewatkan.


Darwinisme memiliki kaitan yang sedemikian sangat penting dengan Komunisme sehingga beberapa bulan setelah buku Darwin terbit, Friedrich Engels menulis kepada Karl Marx, “Darwin, yang [bukunya] kini sedang saya baca, sungguh bagus.” Karl Marx lalu membalas surat Engels pada tanggal 19 Desember 1860, “Ini adalah buku yang berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita.” Dalam sebuah surat yang ditulis Marx kepada Lassalle, seorang rekan sosialisnya, pada tanggal 16 Januari 1861, ia mengatakan, “Buku Darwin sangatlah penting dan membantu saya [meletakkan] landasan berpijak dalam ilmu alam bagi perjuangan kelas dalam sejarah.”

Dari kutipan di atas kelihatan sekali bahwa sang pengarang menyalahkan Darwin atas ideologi yang dianut oleh Marx dan Engels. Seorang teman pernah mengatakan,”Jangan pernah menyalahkan Ian Gillan kalau lagu Smoke On The Water dinyanyikan dengan buruk dan tidak senonoh oleh grup band asal Jember.” Di sini juga kelihatan bahwa Harun Yahya memvonis Darwin dengan teorinya yang lebih bersifat materialistik daripada bersifat teologik sebagai sebuah momok yang telah mengubah prilaku manusia menjadi buas dan berbahaya bagi manusia lain. Padahal pada kenyataannya ilmu-ilmu yang bersifat materialistik banyak yang akhirnya terbukti seperti kenyataan bahwa bumi ini bulat dan bergerak mengelilingi matahari (teori heliosentris). Teori ini dulu ditentang oleh kaum agamawan karena bertentangan dengan isi kitab Kejadian (Genesis) yang menjadi pegangan kumpulan agama-agama rumpun Semit dan bisa ditebak hidup orang-orang yang mendukung teori ini berakhir di tiang gantungan.

Darwinisme dan faham-faham materialistik yang banyak mendapat penetangan dari golongan teologis menjadi menarik jika dikaitkan dengan Filsafat Materialistik dalam dunia Hindu. Filsafat ini dikenal dengan nama Filsafat Charvaka atau dikenal juga dengan nama Filsafat Nastika. Pendirinya adalah Charvaka. Buku terpenting dari sistem ini adalah Brihaspati Sutra. Filsafat ini bebas atau tidak tergantung dari ide-ide dan prinsip-prinsip Weda. Ia menolak keberadaan Tuhan dan menganggap agama sebagai suatu penyimpangan. Menurut filsafat ini, dunia materi adalah nyata dan hanya ia sendiri yang ada; pengetahuan kita mengenai hal ini berasal dari persepsi panca indra. Materi dibuat dari udara, tanah, api dan air. Kesadaran hanyalah satu fungsi dari materi, jiwa berarti badan, tidak ada kehidupan sesudah mati, tidak ada Tuhan, dunia menciptakan dirinya sendiri, mengejar kesenangan adalah tujuan hidup. Weda-Weda ditulis oleh badut-badut. Hukum Karma tidak memiliki dasar. Filsafat ini mengatakan, "Nikmati hidup selama kamu bisa, sekali kamu dikremasi, kamu tidak akan pernah kembali ke bumi ini” ( Ed. Viswanathan ). Filsafat ini sangat bertentangan dengan kepercayaan Hindu yang umum berlaku namun tidak terjadi penentangan terhadap filsafat Charvaka oleh golongan lain dalam Hindu. Hal ini karena adanya kebebasan berpikir dalam Hindu dan kebebasan berpikir ini pula yang akhirnya mengubur filsafat Charvaka sehingga penganutnya amat jarang ditemui.

Lalu bisakan pandangan Darwin, Charvaka atau malah Harun Yahya disalahkan? Atau bisakah The Origin of Species menjadi buku setan karena menjadi buku kesukaan Karl Marx dan Friedrich Engels? Bisa jugakah Jihad menjadi jalan setan karena Imam Samudra dan kawan-kawannya menggunakan kata ini ketika mereka membinasakan orang-orang yang belum tentu berdosa? Di sinilah diperlukan kebijaksanaan dalam berpikir dan berpikir seperti orang bijaksana. Sesekali mengatakan “Tidak!” juga adalah simbol dari kebijaksanaan.